BPI
75 Tahun HFN 2025: Menemukan Wajah Perfilman Indonesia
Hari Film Nasional diperingati untuk merayakan karya sinematik Indonesia serta mengenang perjalanan dan tokoh-tokoh penting dalam industri film tanah air. Perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang peran industri film dalam membentuk identitas dan budaya bangsa.
Hari Film Nasional dirayakan setiap 30 Maret untuk menghargai kontribusi penting para pelaku film Indonesia dalam memajukan perfilman nasional. Penetapan tanggal ini didasarkan pada sejarah kuat, dimulai 30 Maret 1950, ketika Usmar Ismail memulai syuting film Darah dan Doa, film panjang pertama Indonesia.
Pada tahun 1962, Djamaluddin Malik mengusulkan agar Hari Film Nasional merujuk pada tanggal produksi film Darah dan Doa, yaitu 30 Maret 1950. Darah dan Doa dianggap sebagai tonggak bersejarah karena merupakan film panjang pertama yang disutradarai dan diproduksi oleh sineas Indonesia.
Meskipun ditetapkan pada 1962, perayaan Hari Film Nasional baru terlaksana 37 tahun kemudian, terhambat oleh situasi politik pada masa itu. Hari Film Nasional akhirnya diresmikan oleh Presiden BJ Habibie melalui Keputusan Presiden RI No. 25/1999, yang mengacu pada tanggal produksi film Darah dan Doa, dan menetapkan Usmar Ismail sebagai Bapak Perfilman Indonesia.
Sejak sepuluh tahun pemerintahan Jokowi, penyelenggaraan Hari Film Nasional (HFN) oleh Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan masih bersifat seremonial dan belum menyentuh substansi esensial perayaan. Badan Perfilman Indonesia (BPI), yang lahir atas amanat UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman dan dikukuhkan oleh Keputusan Presiden No. 32 Tahun 2014, berupaya menjadikan peringatan 75 Tahun HFN sebagai titik awal kesadaran baru bagi seluruh pemangku kepentingan untuk merencanakan masa depan perfilman Indonesia.
Gagasan 75 Tahun HFN merupakan rekomendasi masyarakat perfilman Indonesia, yang dihasilkan melalui Konvensi HFN 2023. Langkah ini menjadi wujud nyata dari komitmen BPI dalam mengimplementasikan rekomendasi tersebut, dengan harapan HFN tidak lagi sebatas seremoni tahunan, melainkan menjadi momentum evaluatif dan strategis dalam memajukan perfilman Indonesia secara berkelanjutan.
75 Tahun HFN: Tonggak Kebangkitan Perfilman Indonesia:
Peringatan 75 Tahun HFN harus menjadi tonggak kebangkitan perfilman Indonesia, di mana film tidak hanya menjadi identitas bangsa tetapi juga memiliki potensi besar dalam ekonomi dan ketahanan nasional.
Industri film berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dengan kontribusi nyata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ekosistem film tidak hanya mencakup produksi, distribusi, dan pemutaran film, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi sektor lain, seperti pariwisata, jasa kreatif, kuliner, dan fesyen. Festival dan kegiatan perfilman yang diselenggarakan di berbagai daerah turut meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, memperkuat peran film sebagai daya tarik wisata.
Selain berkontribusi terhadap PDB, industri film juga berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja. Setiap proses produksi melibatkan banyak tenaga kerja di berbagai lini, mulai dari kru teknis hingga aktor, penulis skenario, dan penata musik. Industri ini juga membuka peluang bagi profesi kreatif lainnya, seperti penata rias, desainer kostum, serta pekerja di bidang pemasaran dan distribusi film.
Dengan berkembangnya platform digital, kebutuhan akan tenaga kerja baru seperti analis data, manajer konten, dan operator teknologi distribusi semakin meningkat. Ekosistem ini tidak hanya membantu penyerapan tenaga kerja, tetapi juga mendukung pertumbuhan sektor ekonomi kreatif secara berkelanjutan.
Dalam peringatan 75 Tahun Hari Film Nasional (HFN), diperlukan kesadaran kolaborasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat. Di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, sinergi antara sektor publik dan industri kreatif perlu diperkuat melalui kebijakan yang mendukung perkembangan industri film.
Pemerintah diharapkan tidak hanya memfasilitasi regulasi yang berpihak pada industri film nasional tetapi juga menjadikan Hari Film Nasional sebagai program tahunan pemerintah. Setiap tahunnya, HFN akan menjadi momentum untuk mengevaluasi perkembangan perfilman Indonesia secara terukur, memastikan kebijakan dan praktik industri selaras dengan target pembangunan nasional.
Komitmen pemerintah dan dukungan seluruh pemangku kepentingan akan memastikan bahwa film menjadi sumber daya ekonomi strategis dan alat diplomasi budaya yang memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Perayaan 75 Tahun HFN harus menjadi kesempatan untuk menyusun rencana masa depan perfilman Indonesia yang inovatif dan berdaya saing tinggi.
Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Bulan Film Nasional:
Peringatan Hari Film Nasional diharapkan berlangsung sepanjang bulan Maret sebagai Bulan Film Nasional di lima kota: Jakarta, Medan, Padang Panjang, Balikpapan, dan Makassar. Kegiatan ini bertujuan memotivasi industri film lokal agar terus berkembang dan berinovasi. Melalui penghargaan dan apresiasi terhadap karya-karya film, sineas dan pelaku industri diharapkan semakin termotivasi untuk menghasilkan karya berkualitas yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Hari Film Nasional menjadi momen untuk menghargai sejarah perfilman Indonesia yang kaya dan beragam, mulai dari film klasik hingga produksi terkini yang mencerminkan perkembangan industri. Perayaan ini mengingatkan kita akan warisan budaya yang telah dibangun melalui layar perak.
Salah satu tujuan penting dari peringatan Hari Film Nasional adalah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya film sebagai media komunikasi, hiburan, dan refleksi budaya. Melalui kegiatan seperti pemutaran film pemenang Piala Citra di lima wilayah kota di Indonesia dan juga diluar negeri dalam program roving Film Festival Film Indonesia, diskusi, dan seminar, diharapkan kesadaran akan kekuatan dan pengaruh film semakin meningkat di kalangan masyarakat.
Film memiliki peran penting dalam memperkuat identitas nasional, mencerminkan keberagaman budaya, nilai-nilai, dan cerita unik Indonesia. Perayaan Hari Film Nasional menjadi kesempatan untuk merayakan keberagaman ini dan memperkuat kebanggaan atas kekayaan budaya Indonesia.
Hari Film Nasional juga menjadi ajang memperkuat jaringan dan kolaborasi antara industri film dan pemerintah daerah. Diharapkan kolaborasi ini dapat mendorong produksi film yang berorientasi pada destinasi wisata dan memperluas kerja sama, sehingga industri film Indonesia dapat terus berkembang dan menghasilkan karya berkualitas.
Dengan merayakan Hari Film Nasional, kita tidak hanya menghormati kontribusi film terhadap budaya dan identitas nasional, tetapi juga memberikan dukungan lebih besar bagi perkembangan industri film di masa depan. Kolaborasi dalam Bulan Film 75 Tahun HFN adalah kesempatan untuk menemukan dan memperkuat wajah perfilman Indonesia.
Salam Sinema
Gunawan Paggaru
Ketua Umum BPI