PENGURUS BPI PERIODE 2022 - 2026
PENGURUS

Dikenal sebagai penulis skenario, Tahun 1984 bergabung dalam kelompok Kerja Film Tetaer Populer, kemudian Teguh Karya mempercayainya sebagai editor. Tahun 1990 mendirikan Production House yang dikenal dengan “Kino Lima” dan memproduksi film layar lebar “POTRET” pada FFI 1993 meraih 13 Nominasi. Tahun 2002-2007 sebagai Direktur Utama di Perusahaan Film PT. Kalibrasi Gambar Hidup. Film Dokumenter pertamanya "Pacu Jalur" masuk Nominasi dalam FFI 1992 juga sebagai pendisain poster terbaik dalam FFI 1993 dan sebagai editor terbaik dalam FSI 1998. Dan sekarang telah menyutradarai 4 film layar lebar, ISSUE, Syahadat Cinta, Mata Pena Mata Hari Raja Ali Haji, dan Danum Penjaga Mata Air. Dan telah menyutradarai ratusan judul serial televisi. Sebagai Ketua Tim Penulis Buku 99 Peluang Karier dalam Produksi Film. Lead perumus SKKNI bidang perfilman. Saat ini sebagai Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia periode 2022-2026 dan sebagai Ketua Umum Persatuan Karyawan Film dan Televisi Indonesia Periode 2019-2024 juga Lead Asessor di LSP Kreator Film Televisi Indonesia

Awal meniti karir dalam industri Media sebagai jurnalis siaran Perancis dan Spanyol pada The Voice of Indonesia, kemudian terlibat dalam tim pembentukan Televisi Pendidikan Indonesia, mengembangkan PT Indoexchange Dotcom menjadi perusahaan TI pertama yang Go Public di Indonesia, dan terakhir mempimpin penerbitan The Daily Economic Executive Digest.
Karir di Swasta diawali sebagai Manager Standard Chartered Bank, sebelum bergabung dengan kelompok perusahaan nasional Citra Agratama Persada Group; dan kemudian kembali menjadi direksi pada perusahaan migas Perancis, Total E&P Indonesie.
Keingingan berbakti pada negara dijalankan dengan bertugas pada Pemerintah Pusat maupun Daerah. Terakhir menjabat Staf Khusus Menteri BUMN bidang Sinkronisasi Program Prioritas Pembangunan Nasional dan Pengembangan Kebijakan Inisiatif Strategis, serta Evaluasi Kebijakan Pembiayaan dan Pelaksanaan Belanja Modal BUMN.
Di bidang film, pernah ditugaskan menjadi Direktur Utama Perum Produksi Film Negara.

Agustina Rochyanti (Anti Agustina Yank/Anti Yank) praktisi, belajar Antropologi Tari di Fakultas Seni Pertunjukan IKJ. Mengembangkan diri di bidang manajemen produksi seni. Menyelesaikan kuliah di Fakultas Film TV Institut Kesenian Jakarta peminatan Produksi Film. Tim perumus SKKNI Manajemen Produksi Film, tim penyusun modul pelatihan berbasis kompetensi produksi film, tim perumus Standar Kompetensi Kerja Khusus Disabilitas-SK3PD Tari. Pendiri ASETI Asosiasi Seniman Tari, Produser independe berbagai pertunjukan seni, festival di dalam dan keluar negeri. Produser dokumenter maestro series Tari Jaipongan, Tari Topeng Kedok Tiga 2020, Produser Lini Film Musik Untuk Cinta 2017, Produser Musikal Lutung Kasarung, pimpinan delegasi budaya ke Asiatica Film Mediale Italia 2014, Koordinator Hubungan Luar Negeri Workshop Penulisan Skenario PUSBANG Film 2015 dan PKPF Filmku Bangsaku Direktorat Pembinaan Kesenian/Perfilman 2013, Koordinator penjurian Apresiasi Film Indonesia 2015. Saat ini menjabat Kabid humas media KFT dan Asesor Kompetensi di LSP Kreator Film TV KFT.

Sebelum menjadi Advokat/Pengacara jebolan Fakultas Hukum Universitas Islam Asyafiiyah (UIA) ini, sudah sejak lama beraktifitas di perfilman Indonesia sebagai Sekretaris Jenderal Peran Serta Masyarakat Perfilman Indonesia (PMPI).
Selaku Pembina Penggiat Perfilman Indonesia, yang sempat memimpin Ketua Bidang Hukum Dan Etika di BPI pada tahun 2014 dan pernah menjadi koordinator Penjurian Apresiasi Film Indnesia (AFI), ia mengawali aktifitasnya di perfilman sejak menjadi Ketua Bidang Penegakan Hak Cipta (BPHC) pada Asosiasi Industri Rekaman Video Indonesia (ASIREVI).
Saat ini aktif di berbagai kegiatan advokasi baik pada organisasi kegiatan perfilman maupun pelaku usaha perfilman

Alumni FFTV-IKJ yang sejak era Reformasi 1998 sudah aktif membuat film dokumenter hingga sekarang. Pada JIFFEST 2003, film dokumenternya yang berjudul “Atin dan Merapi” mendapatkan Jurry Prize (karena kebetulan ada teman yang mengirimkan karyanya). Sempat menjadi asisten pengajar bidang film dokumenter sejak tahun 1998 hingga 2002 di FFTV-IKJ. Masih menjadi pengajar bidang film dokumenter di FFTV-IKJ sejak 2017 hingga sekarang. Beberapa kali menjadi juri bidang film dokumenter di FFI, Piala Gatra TVRI, CILECT (Centre International de Liaison des Ecolas de Cinema et de Television), Festival Film Dokumenter Pelajar Indonesia dan lainnya. Menjadi Ketua tim perumus SKKNI bidang Film Dokumenter di 2019. Selain sebagai Sekjen Asosiasi Dokumenteris Nusantara juga adalah Ketua Yayasan Komunikatif

Sebagai lulusan akuntan dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung dan dengan gelar Magister Pemasaran di Universitas Prasetya Mulya, Celerina memiliki pengetahuan holistik dalam berbagai bidang. Sejak 18 tahun lalu, ia bekerja di bidang media dan pengembangan bisnis. Ketertarikannya pada pembuatan konten untuk konsumsi multi-platform telah membawanya ke Mahaka Picture, produser Apa Itu Islam? (pendek), ? (Tanda Tanya), 2014 (Siapa di Atas Presiden) dan Turis Romantis; dan co-produser Soekarno dan Perahu Kertas. Celerina kemudian menemukan Mahaka Global Media, sebuah perusahaan produksi internasional konten multi-platform. Bekerja sama dengan konsorsium Jepang, mereka telah menciptakan berbagai konten dan program visual.

Naswan Iskandar adalah praktisi, dosen, asesor kompetensi, dan peneliti di bidang perfilman. Menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta, Magister Seni (Film) di Sekolah Pascasarjana, Institut Kesenian Jakarta, dan pendidikan Doktoral di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Memulai bekerja di bidang seni pada tahun 1992 sebagai manajer produksi untuk bidang film, produksi televisi, dan seni pertunjukan di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Mulai tahun 2012 menekuni pengembangan sumber daya manusia di bidang perfilman sebagai dosen ilmu film di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Sejak tahun 2017 terlibat aktif dalam penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), sertifikasi profesi, dan pelatihan berbasis kompetensi di bidang produksi film.

Tito Imanda adalah seorang antropolog dan pembuat film. Tesis PhD praktis/penciptaannya di program AVPhD di Goldsmiths, University of London adalah tentang pembuatan film kolaboratif dengan kelompok wayang orang di kaki Gunung Merapi, yang mengeksplorasi cara-cara baru dalam bercerita secara visual. Tesis masternya di jurusan Media and Communications, New York University adalah tentang ekonomi politik industri film Indonesia. Tesis sarjananya di Antropologi UI tentang komunitas animator Indonesia. Pada 2008-2013 ia mengembangkan dan mengelola sekolah film di salah satu universitas swasta di Jakarta. Saat ini lebih banyak berada di kaki Merapi sisi Magelang untuk melanjutkan kolaborasi film dengan kelompok wayang orang di sana.
DEWAN PENGAWAS

Pendiri dan Direktur Yayasan Konfiden. Pada 2009-2012 ia menjadi Ketua Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan pada 2012-2015 menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Harian DKJ. Pada 2012 bersama Yayasan Konfiden ia turut berpartisipasi dalam restorasi film klasik Indonesia, "Lewat Djam Malam" karya Usmar Ismail, bekerja sama dengan National Museum of Singapore. Pada 2015 menginisiasi proyek restorasi karya klasik Indonesia lainnya: “Tiga Dara” (Usmar Ismail, 1956), dan menjadi inspirasi peringatan 60 tahun, film berjudul “Ini Kisah Tiga Dara” (Nia Dinata, 2016). Aktif di organisasi, menjadikan ia sebagai Steering Committee pembentukan Koalisi Seni Indonesia (2010), Komite Ad-hoc pembentukan Badan Perfilman Indonesia (2011), Panitia Kerja Kongres Seni Rupa Indonesia (KKI - Kongres Kesenian Indonesia).

Derry Drajat lahir di Bandung pada tanggal 8 Agustus 1969, terkenal sebagai aktor film, sinetron dan juga presenter. film atau sinetron yang sering dibintanginya adalah yang bergenre komedi. Film Yang pernah dibintanginya adalah Sinema Wajah Indonesia: Pelangi di Langit Senja (2012) sebagai Yuspar, Aku Bangga Sama Ayahku Walaupun Dia Seorang Pengemis (2016) sebagai Darso, Sinema Wajah Indonesia: Dalang (2016) sebagai Bandi, Kekuatan Doa Seorang Biduan (2016), Aku Begini Karena Ayah (2017) sebagai Faisal, Cermin Kehidupan: Doa Mustajab Seorang Ibu (2017) sebagai Ayah angkat Khanza
Ada Rupa Ada Harga (2017)
Sinema Wajah Indonesia: Meong (2019) sebagai Ismail

Mengawali pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Manajemen untuk meraih gelar S-2. Mendapatkan gelar doktor dalam Media Studies dari School of Media Studies and Arts, Ohio University, USA.
Produser dari Mizan Pictures (PT. Mizan Media Baru) sejak 2008, berkolaborasi dengan Miles Films memproduksi film “Laskar Pelangi” yang meraih penonton tertinggi saat itu. Selain aktif sebagai produser film, ia menjadi dosen dan menjadi Ketua Prodi (2009-2014) Paramadina Graduate School of Communication (PGSC), Universitas Paramadina, Jakarta. Ia juga salah satu anggota Dewan Festival “Madani Film Festival”, sebuah festival film yang berfokus pada film dengan kisah-kisah kaum muslim dari seluruh dunia.


Pembuat film dengan gelar Arsitek, telah bekerja dengan komunitas informal di seluruh Indonesia. Dia aktif memberikan bantuan untuk penelitian terkait arsitektur dan desain perkotaan. Minatnya meliputi antropologi visual dan perilaku manusia. Terjun ke industri film pada tahun 1999, menjadi penulis dan sutradara film. Debut penyutradaraannya, sebuah film musik asli IP, "Garasi" (Miles Films) mendapat pujian populer. Selama lebih dari 20 tahun kiprahnya, ia terlibat sebagai Sutradara dalam produksi film layar lebar, klip video music, iklan, dokumenter, mentor dan bekerja dengan perusahaan besar dan terkemuka di Indonesia, perusahaan internasional dan organisasi nasional kelas dunia. Dia adalah pendiri AKATARA, pasar proyek konten dan forum bisnis utama dan terbesar di Indonesia yang diselenggarakan dengan dukungan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF).
DEWAN ETIK

Dra. Sri Rochani (lahir 14 Januari 1949), yang lebih dikenal dengan Niniek L. Karim, adalah seorang pemeran, dosen, dan psikolog Indonesia. Selain sebagai pemeran, ia juga adalah seorang psikolog dan mengajar sebagai dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ia telah dinominasikan untuk beberapa penghargaan, termasuk empat Piala Citra Festival Film Indonesia dan memenangkan dua di antaranya sebagai Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik untuk perannya dalam film Ibunda dan Pacar Ketinggalan Kereta.

Aline Jusria Umiati (lahir 19 September 1978) adalah seorang penyunting film asal Indonesia. Kariernya mulai dikenal pada tahun 2005 ketika menyunting film Alexandria, sebelumnya sejak tahun 1999 sudah banyak menjadi penyunting film dokumenter.[1] Aline merupakan peraih Piala Citra untuk Penyunting Gambar Terbaik dua kali berturut-turut pada tahun 2010 atas film Minggu Pagi di Victoria Park dan 2011 atas film Catatan (Harian) Si Boy. Ia juga selalu dinominasikan setiap tahunnya pada Piala Maya untuk Penyuntingan Gambar Terpilih sejak pertama kali diadakan pada tahun 2012 dan berhasil memenangkan dua diantaranya, menjadikannya sebagai peraih kemenangan dan nominator terbanyak di kategori tersebut.

Chand Parwez di bisnis film mulai dikenal luas ketika ia berusaha mendirikan Festival Film Bandung yang kemudian dilarang pemerintah orde baru. Agar kegiatan festival film itu bisa tetap berlangsung, ia pun mengubah nama kegiatan menjadi Forum Film Bandung. Hingga akhirnya, Chand Parwez untuk pertama kalinya mendirikan rumah produksi sendiri yaitu PT. Kharisma Jabar Film melalui film pertamanya yang berkerja sama dengan Pemerintah tingkat 1 Jawa Barat, "Si Kabayan Saba Kota". Dalam perusahaan ini juga menjadi pengelola dan distributor film yang ada di Jawa Barat. Sebagai Ketuam Umum BPI periode 2017-2022
